Sunday, October 11, 2015

BERZIKIRLAH DILIDAHMU, DIAKALMU, DIHATIMU DAN DIBATIN DIHATIMU

Ustaz Iqbal Zain


Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abu Zarr! Berzikirlah kepada Allah dengan zikir khamilan!”, Abu Dzarr bertanya: “Apa itu khamilan?”
Sabda Rasul: “Khafi (dalam hati)” (Mizan al-Hikmah 3: 435).
TAHAP pertama zikir adalah zikir lisan. Kemudian zikir kalbu yang cenderung diupayakan dan dipaksakan. Selanjutnya, zikir kalbu yang berlangsung secara terus, tanpa perlu dipaksakan. Serta yang terakhir adalah ketika Allah sudah berkuasa di dalam kalbu disertai zikir itu sendiri. Inilah rahsia dari sabda Nabi saw: ” Siapa ingin bersenang – senang di taman syurga, perbanyaklah mengingati Allah”.
TANDA bahawa sebuah zikir sampai pada sirr (nurani yang terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah ketika pelaku zikir dan objek zikirnya lenyap tersembunyi. Zikir Sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya, apabila engkau meninggalkan zikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.
Zikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyedarkanmu dari keadaan tidak sedar kepada keadaan hudhur (hadirnya kalbu). Salah satu tandanya, zikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga seolah–olah tertarik oleh rantai. Tandanya, zikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup.
Namun, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu sentiasa bersih menyala. Zikir yang masuk ke dalam sirr(rahsia hati) terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku zikir seolah–olah lisannya tertusuk jarum. Atau, semua wajahnya adalah lisan yang sedang berzikir dengan cahaya yang mengalir darinya.
KETAHUILAH, setiap zikir yang disedari oleh kalbumu didengar oleh para malaikat penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu. Di dalamnya ada sirr sampai saat zikirmu sudah ghaib dari perasaanmu kerana engkau sudah lebur bersama Tuhan, zikirmu juga ghaib dari perasaan mereka.
Kesimpulannya, berzikir dengan ungkapan kata–kata tanpa rasa hudhur (kehadiran hati) disebut zikir lisan, berzikir dengan merasakan kehadiran kalbu bersama Allah disebut zikir kalbu, sementara berzikir tanpa menyedari kehadiran segala sesuatu selain Allah disebut Zikir Sirr. Itulah yang disebut dengan Zikir Khafi.
Allah SWT berfirman: “Dan berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika) dengan merendahkan dirimu dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai” (QS. 7: 205).
REZEKI lahiriah terwujud dengan gerakan badan, rezeki batiniah terwujud dengan gerakan kalbu, rezeki sirr terwujud dengan diam, sementara rezeki akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang untuk Allah dan bersama Allah.
Nutrisi dan makanan bukanlah santapan rohani, melainkan santapan badan. Adapun yang menjadi santapan rohani dan kalbu adalah mengingati Allah Zat Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib. Allah SWT berfirman, “Orang–orang beriman dan kalbu mereka tenteram dengan mengingat (zikir kepada) Allah.” Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berzikir bersamamu. Sebab, engkau berzikir dengan lisanmu, lalu dengan kalbumu, kemudian dengan nafs–mu , kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu dengan sirmu.
Bila engkau berzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua benda mati akan berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan kalbu, pada saat yang sama alam beserta isinya ikut berzikir bersama kalbumu. Bila engkau berzikir dengan nafs–mu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga turut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan rohmu, pada saat yang sama singgahsana Allah (’Arsy) beserta seluruh isinya ikut berzikir bersamamu.
Bila engkau berzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa Arsy dan roh orang–orang yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan sirrmu, Arasy beserta seluruh isinya turut berzikir hingga zikir tersebut bersambung dengan Zat–Nya.
Imam al-Baqir dan Imam as-Sodiq berkata: “Para malaikat tidak mencatat amal solih seseorang kecuali apa-apa yang didengarnya, maka ketika Allah berfirman: “Berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika)”, tidak ada seorangpun yang tahu seberapa besar pahala zikir di dalam hati dari seorang hamba-Nya kecuali Allah Ta’ala sendiri”.
DI DALAM riwayat lainnya disebutkan bahawa Rasulullah saw bersabda: “Zikir diam (khafi) 70 kali lebih utama daripada zikir yang terdengar oleh para malaikat pencatat amal. “ (Al-Hadits). Bila sang hamba mampu melafazkan Zikir Khafi serta meyakini bahawa semua Alam Lahir dan Alam Batin merupakan penampakan/manifestasi dari nama-nama-Nya maka dia akan merasakan kehadiran dan kebersamaan-Nya di semua tempat dan merasakan pengawasan-Nya dan jutaan nikmat-nikmat-Nya.
Perasaan akan kehadiran-Nya ini akan mencegah sang hamba dari berbuat dosa dan maksiat. Jika di hadapan anak yang sudah akil baligh saja manusia malu untuk berbuat dosa dan membuka auratnya, maka bagaimana ia tidak malu untuk membuka auratnya dihadapan Sang Khaliq?
Mengapa kita tidak merasa janggal dan malu berbuat hal-hal yang tidak layak di hadapan Allah al-Khaliq? Itu kerana keyakinan kita atas kehadiran-Nya di setiap wujud tidak sebagaimana keyakinan kita ketika kita melihat kehadiran sang anak yang akil baligh tersebut. Apabila kita ingin mencapai keyakinan seperti ini kita mesti mempersiapkan latihan-latihan untuk melaksanakan Zikir Khafi sampai pada suatu tahapan di mana hati kita berzikir secara automatik seperti gerak detak jantung dan tarikan-tarikan nafas kita (yang tidak kita kendalikan)
Imam Ali Zainal ‘Abidin as di dalam do’anya: “Ilahi, Ilhamkanlah kepada kami Zikir kepada-Mu di kesendirian maupun di keramaian, di malam hari maupun di siang hari, secara terang-terangan, maupun secara rahsia (sembunyi), di saat gembira mahupun di saat kesusahan, jadikanlah hati kami menjadi senang dengan berzikir al-khafi“
(Bihar al-Anwar 94 : 151).
Laa haula wa laa quwwata illa billah – Tiada daya dan kekuatan kecuali kerana pertolongan Allah jua... Mari kita mula mengubah rutin harian kita dengan banyak mengingati Allah... daripada lalai kepada ingat, daripada ingat kepada cinta dan rindu kepada Allah. Tiadalah kemuliaan yg paling agung kecuali nama-nama Zat Yang Maha Agung dinisbahkan pada lidahmu... akalmu... hatimu dan hati batin terdalam dlm dirimu dengan ingatan yang tulus lagi murni... hakikatnya bukan engkau ingat akan Dia ketika ingatmu... tapi sifat-Nya lah yang mengingat akan Zat-Nya yang tertajalli pada dirimu. Engkaulah cermin bagi Diri-Nya...

No comments:

Post a Comment