Gunung Everest. Sumber: En.wikipedia.org
Feed -
Rentetan foto berikut bukan untuk Anda dengan nyali kecil. Apa yang
akan terlihat di sini adalah manusia-manusia yang memiliki angan besar
mencapai puncak tertinggi di dunia, Gunung Everest, namun berakhir
dengan maut. Kesemuanya memiliki kisah pilu, kesemuanya bahkan tidak
dikubur dengan layak dan diiringi isak tangis handai-taulan.
Mereka yang tewas di pelukan sang "Atap Dunia" ini didokumentasikan oleh admin bernama FuzzieSocks dari situs imgur.com. Kami peringkatkan sekali lagi, jangan melihatnya jika Anda tidak kuat mental.
George Mallory, penyebab kematian: jatuh, trauma pada kepala
Mallory adalah salah satu pendaki pertama yang mencoba menaklukkan Gunung Everest. Pendakian dan kematiannya terjadi di tahun 1924 namun tubuhnya baru ditemukan dan diidentifikasi pada 1999. Namun apakah ia berhasil menuju puncak gunung tersebut masih menjadi misteri.
Mallory adalah salah satu pendaki pertama yang mencoba menaklukkan Gunung Everest. Pendakian dan kematiannya terjadi di tahun 1924 namun tubuhnya baru ditemukan dan diidentifikasi pada 1999. Namun apakah ia berhasil menuju puncak gunung tersebut masih menjadi misteri.
Tidak diketahui
Ada beberapa mayat yang diketahui ada di bawah jurang. Eksposur udara membuat mereka terawetkan. Sayangnya banyak di antara mayat-mayat ini yang gagal diidentifikasi.
Ada beberapa mayat yang diketahui ada di bawah jurang. Eksposur udara membuat mereka terawetkan. Sayangnya banyak di antara mayat-mayat ini yang gagal diidentifikasi.
Francys Astentiev, penyebab kematian: eksposur udara, pembengkakkan otak
Wanita ini mendaki bersama suaminya di tahun 1998, namun terpisah di perjalanan menuju puncak. Mereka mencoba menemukan satu sama lain tapi gagal. Francys sempat ditemukan dua pendaki lain ketika ia masih hidup. Ia bahkan sempat mengiba dan memohon agar jangan ditinggalkan begitu saja, tapi pendaki-pendaki tersebut tidak punya pilihan lain kecuali meninggalkannya.
Wanita ini mendaki bersama suaminya di tahun 1998, namun terpisah di perjalanan menuju puncak. Mereka mencoba menemukan satu sama lain tapi gagal. Francys sempat ditemukan dua pendaki lain ketika ia masih hidup. Ia bahkan sempat mengiba dan memohon agar jangan ditinggalkan begitu saja, tapi pendaki-pendaki tersebut tidak punya pilihan lain kecuali meninggalkannya.
Francys dan suaminya, Sergei, akhirnya
meninggal di gunung itu. Sang suami ditemukan setahun kemudian dan
diketahui tewas karena jatuh. Sementara dua pendaki yang bertemu
Francys, merasa bersalah seumur hidupnya. Mereka berjanji akan kembali
ke Everest untuk memberinya pemakaman yang layak.
Ya, mereka akhirnya kembali sembilan
tahun pasca kematian Francys, tepatnya di tahun 2007. Jenazah Francys
diselimuti dengan bendera AS dan dipindahkan agar tidak terlihat oleh
pendaki lain.
Hannelore Schmatz, penyebab kematian: eksposur udara, kelelahan
Schmatz adalah pendaki perempuan pertama yang tewas di Gunung Everest di tahun 1979. Diyakini bahwa dia tewas karena kelelahan dan paparan udara dingin. Dilihat dari posisi jenazahnya, ia tewas ketika tengah beristirahat, bersandar pada tas punggungnya. Naas, ia tidak pernah bangun dari tidur.
Schmatz adalah pendaki perempuan pertama yang tewas di Gunung Everest di tahun 1979. Diyakini bahwa dia tewas karena kelelahan dan paparan udara dingin. Dilihat dari posisi jenazahnya, ia tewas ketika tengah beristirahat, bersandar pada tas punggungnya. Naas, ia tidak pernah bangun dari tidur.
Tsewang Paljor, penyebab kematian: paparan udara
Paljor tewas di tahun 1996 kala turun dari puncak gunung. Ia terjebak di badai salju dan akhirnya tewas karena hebatnya paparan udara dingin yang menerpa. Mayatnya hingga sekarang dianggap yang paling tenar karena masih berada di sekitar puncak.
Paljor tewas di tahun 1996 kala turun dari puncak gunung. Ia terjebak di badai salju dan akhirnya tewas karena hebatnya paparan udara dingin yang menerpa. Mayatnya hingga sekarang dianggap yang paling tenar karena masih berada di sekitar puncak.
Ia bahkan dikenal sebagai "Green Boots"
(Si Sepatu Bot Hijau). Tubuh kakunya menjadi titik patokan bagi pendaki
lain untuk mengukur seberapa jauh lagi mereka menuju ke puncak.
Marko Lihteneker, penyebab kematian: eksposur udara, kelelahan
Pria ini tewas dalam perjalanan turun di tahun 2005. Ia terakhir kali terlihat tengah mengalami masalah dengan masker oksigennya.
Pria ini tewas dalam perjalanan turun di tahun 2005. Ia terakhir kali terlihat tengah mengalami masalah dengan masker oksigennya.
David Sharp, penyebab kematian: eksposur udara, kelelahan
Sharpd merupakan pendaki Inggris yang berhenti sesaat untuk rehat di dekat jenazah "Green Boots" di tahun 2006. Malangnya, ia membeku hingga tewas dan gagal meneruskan pendakian.
Sharpd merupakan pendaki Inggris yang berhenti sesaat untuk rehat di dekat jenazah "Green Boots" di tahun 2006. Malangnya, ia membeku hingga tewas dan gagal meneruskan pendakian.
Kisah ini semakin tragis karena sebelum
ia tewas, ada 30 pendaki yang melewatinya. Bahkan ada beberapa yang
sempat berbincang dengannya. Tapi di kondisi Gunung Everest yang brutal,
Anda tidak bisa melakukan banyak hal untuk menolong orang lain. Usaha
macam ini malah akan membahayakan nyawa diri sendiri dan mereka yang
coba Anda tolong.
Shriya Shah–Klorfine, penyebab kematian: kelelahan
Shah–Klorfine sebenarnya sukses menuju ke puncak di tahun 2012. Ia bahkan menghabiskan waktu 25 menit untuk merayakannya. Tapi nasib naas menanti ketika ia turun. Oksigen yang dibawanya tidak cukup sehingga ia mati kelelahan. Jenazahnya masih ada hingga sekarang, hanya 300 meter dari puncak dan terbungkus bendera Kanada.
Shah–Klorfine sebenarnya sukses menuju ke puncak di tahun 2012. Ia bahkan menghabiskan waktu 25 menit untuk merayakannya. Tapi nasib naas menanti ketika ia turun. Oksigen yang dibawanya tidak cukup sehingga ia mati kelelahan. Jenazahnya masih ada hingga sekarang, hanya 300 meter dari puncak dan terbungkus bendera Kanada.
Sumber FB
No comments:
Post a Comment